JAKARTA, KOMPAS.com -
Kementerian Kelautan dan Perikanan menegaskan tak akan mengimpor garam untuk
kebutuhan konsumsi pada 2014. Hal ini dibuktikan dengan adanya stok garam
konsumsi sebanyak 387.693 ton.
Sudriman Saad, Direktur Jenderal Kelautan dan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan, menjelaskan kebutuhan garam konsumsi pada tahun ini mencapai 1.527.170 ton. Sedangkan stok tahun ini masih surplus dari kebutuhan.
"Itu bisa kita jadikan cadangan sampai semester I 2014," ujar Sudirman, dalam keterangan tertulis, Senin (30/12/2013).
Sudirman mengatakan, dengan sisa sebanyak itu, pemerintahh bisa pastikan tahun depan tidak akan ada impor garam. Apalagi produksi garam konsumsi nasional juga terus meningkat tiap tahunnya.
Meski kondisi cuaca tahun ini tidak begitu mendukung, Sudirman menilai produksi garam rakyat (Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat/PUGAR) masih mampu memproduksi sebesar 1.041.472 ton garam. Pada 2012 program PUGAR telah mencapai 3.521 anggota kelompok garam.
"Belum lagi ditambah produksi garam dari BUMN PT Garam dimana tahun ini produksinya mencapai 385.000 ton," ungkap Sudirman.
Saat ini luas tambak garam nasional mencapai 31 juta hektare, dengan tingkat produksi rata-rata per hektare mencapai 68,16 ton per hektare sampai 96,82 ton per hektare. Namun dengan teknologi geo membran produksinya bisa mencapai tiga kali lipat.
"Dengan teknologi bio membran dan ulir fitleri kita targetkan produksi garam mencapai 200 ton per hektare," papar Sudirman. (Adiatmaputra Fajar Pratama )
Editor
|
: Bambang Priyo
Jatmiko
|
Sumber
|
Analisis Masalah
Keputusan pemerintah
untuk tidak melakukan impor terhadap garam dapat dipandang positif oleh
masyarakat, karna kebutuhan masyarakat untuk garam untuk saat ini maupun untuk
tahun mendatang masih akan tercukupi sehingga masyarakat tidak akan mengalami
kekurangan garam.
Keuntugan lainnya
pemerintah bisa menghemat Anggaran Belanja untuk kebutuhan impor garam, hal ini
sebenarnya juga menjadi kesempatan untuk petani garam untuk menjaga hasil
produksi garamnya.
Pemerintah percaya
bahwa keputusan yang dilakukan nya untuk tidak melakukan impor adalah untuk
memanfaatkan petani garam dalam negeri, dengan bantuan teknologi bio membran dan ulir fitleri ditargetkan produksi
garam mencapai 200 ton per hektar. Kondisi yang diharapkan bukan lagi impor
garam melainkan menjadi ekspor garam ke negara lain.