Sabtu, 28 April 2012
Minggu, 22 April 2012
Revolusi Perindustrian di Indonesia
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan Negara yang luas, dengan jumlah
penduduk yang padat dan memilki sumber daya alam yang melimpah. Indonesia
merupakan Negara Agraris dan Maritim oleh sebab itu banyak penduduk Indonesia
yang bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Indonesia sangat identik
dengan sesuatu yang tridisional, segala sesuatu dilakukan dengan alat yang
sangat sederhana dn teknik yang masih bersifat kedaerahan.
Industri
berawal dari pekerjaan tukang atau juru. Sesudah matapencaharian hidup
berpindah-pindah sebagai pemetik hasil bumi, pemburu dan nelayan di zaman
purba, manusia tinggal menetap, membangun rumah dan mengolah tanah dengan
bertani dan berkebun serta beternak. Kebutuhan mereka berkembang misalnya untuk
mendapatkan alat pemetik hasil bumi, alat berburu, alat menangkap ikan, alat
bertani, berkebun, alat untuk menambang sesuatu, bahkan alat untuk berperang
serta alat-alat rumah tangga. Para tukang dan juru timbul sebagai sumber
alat-alat dan barang-barang yang diperlukan itu. Dari situ mulailah berkembang
kerajinan dan pertukangan yang menghasilkan barang-barang kebutuhan.
Sejak itu
gelombang industrialisasi berupa pendirian pabrik-pabrik produksi barang secara
massal, pemanfaatan tenaga buruh, dengan cepat melanda seluruh dunia,
berbenturan dengan upaya tradisional di bidang pertanian (agrikultur). Sejak
itu timbul berbagai penggolongan ragam industri.
Inilah
alasan mengapa saya memilih topik ini untuk melihat setiap perubahan yang
terjadi pada perindustrian Indonesia.
B. Landasan Teori
Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan ketrampilan dan ketekunan
kerja (bahasa Inggris: industrious)
dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan
distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata
rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang
berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan
yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah,
yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan politik.
Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing.
Istilah tekstil dalam pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah kain. Namun ada sedikit perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat
digunakan untuk menyebut bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil jadinya, yang sudah bisa digunakan.
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan
industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannyamenghasilkan keuntungan besar sehingga banyak
hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia
adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan
Sulawesi.
Besi adalah unsur kimia dengan
nomor atom 26 dan massa atom 55,847. Beri berupa logam berwarna putih
kepereakan dengan titik lebur 535° C dan titik didih kurang lebih 3.000°C.
dikenal sejak jaman prasejarah.
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa
jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional
adalahpara atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae).
Elektronik adalah alat yang dibuat berdasarkan prinsip elektronika serta
hal atau benda yang menggunakan alat tersebut dan
antara lain dapat digunakan pada:
§ elektronik konsumen, alat elektronik untuk
penggunaan pribadi dan sehari-hari;
§ media elektronik, sarana media massa yang
mempergunakan alat elektronik modern, misal radio, televisi,
dan film
C.
Pembahasan
Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan ketrampilan dan ketekunan
kerja (bahasa Inggris: industrious)
dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan
distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata
rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang
berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan
yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah,
yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan politik.
v Cabang – Cabang Industri





v Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Indonesia No.19/M/I/1986, industri dibedakan menjadi:




v PERTUMBUHAN
PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG TRIWULAN IV TAHUN 2011 NAIK
SEBESAR 6,02 PERSEN DARI TRIWULAN IV TAHUN 2010
Pertumbuhan industri
manufaktur besar dan sedang tahun2011 mengalami kenaikan sebesar 5.56 dari
tahun 2010. Jenis-jenis manufaktur yang mengalami pertumbuhan produksi pada tahun 2011 dari tahun 2010





12 BESAR EKSPOR INDUSTRI NON MIGAS
|
2006
|
2007
|
2009
|
2010
|
2011
|
persentase
|
|
1
|
Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit
|
6,407.3
|
10,476.8
|
16,168.1
|
12,924.9
|
17,253.8
|
17.60
|
2
|
T e k s t i l
|
9,422.8
|
9,790.1
|
10,116.3
|
9,245.1
|
11,205.5
|
11.43
|
3
|
Besi Baja, Mesin-mesin dan
Otomotif
|
7,712.7
|
9,606.9
|
11,815.0
|
8,701.1
|
10,840.0
|
11.06
|
4
|
Pengolahan Karet
|
5,465.2
|
6,179.9
|
7,579.7
|
5,020.2
|
9,522.6
|
9.72
|
5
|
Elektronika
|
7,200.2
|
6,359.7
|
6,806.7
|
7,899.6
|
9,254.6
|
2.85
|
Ø Pertumbuhan
produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan IV tahun 2011 naik
sebesar 6,02 persen (y-on-y) dari triwulan IV tahun 2010. Selama tiga
tahun terakhir, terjadi kenaikan pertumbuhan produksi industri manufaktur besar
dan sedang triwulan IV. Pada triwulan IV tahun 2010 pertumbuhan produksi
industri manufaktur besar dan sedang naik 5,53 persen dari triwulan IV tahun
2009, pertumbuhan triwulan IV tahun 2009 naik 4,46 persen dari triwulan IV
tahun 2008.
Ø Pertumbuhan
produksi industri manufaktur besar dan sedang tahunan pada tahun 2011 naik
sebesar 5,56 persen dari tahun 2010. Kenaikan tersebut terutama disebabkan
naiknya produksi industri logam dasar (16,26 persen), industri kendaraan
bermotor (14,85 persen), dan industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia
(11,93 persen).
Ø produksi
industri manufaktur besar dan sedang triwulanan (q-to-q) pada triwulan
IV tahun 2011 naik sebesar 3,09 persen dari triwulan III tahun 2011.
Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan III tahun
2011 naik sebesar 2,95 persen dari triwulan II tahun 2011 dan pertumbuhan
triwulan II tahun 2011 naik sebesar 1,61 persen dari triwulan I tahun 2011.
B. INDUSTRI TANPA MIGAS
|
Nilai
|
Thd PDB
Nasional
|
|
1.
|
Makanan, Minuman dan Tembakau
|
139.922,0
|
6,72%
|
2.
|
Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki
|
50.994,0
|
2,45%
|
3.
|
Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
|
20.336,0
|
0,98%
|
4.
|
Kertas dan Barang Cetakan
|
25.477,0
|
1,22%
|
5.
|
Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet
|
68.390,0
|
3,28%
|
6.
|
Semen dan Barang Galian Bukan Logam
|
15.991,0
|
0,77%
|
7.
|
Logam Dasar, Besi dan Baja
|
8.045,0
|
0,39%
|
8.
|
Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya
|
177.178,0
|
8,51%
|
9.
|
Barang Lainnya
|
3.770,0
|
0,18%
|
Walaupun laju pertumbuhan industri manufaktur terus mengalami
pelambatan pada tahun 2008, porsinya di dalam PDB naik 27,9 persen. Hal ini
terjadi bukan disebabkan oleh peningkatan volume produksi, melainkan karena peningkatan
harga produk-produk manufaktur lebih tinggi ketimbang kenaikan harga- harga
umum.
Kemerosotan relatif
industri manufaktur akan membuat sektor ini kehilangan daya untuk menyerap
tambahan angkatan kerja. Selama tiga tahun terakhir sudah terjadi penurunan
persentase pekerja di sektor manufaktur, dari 18,8 persen pada tahun 2005
menjadi 17 persen pada tahun 2008.
Akibatnya, sektor informal
kian menjadi andalan penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2008 pekerja di sektor
informal sudah hampir mencapai 70 persen. Betapa rentan mayoritas pekerja kita:
tanpa jam kerja, uang lembur, jaminan kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, dan
jaminan hari tua.
Lebih jauh, stagnasi
relatif sektor industri manufaktur memperlambat basis obyek pajak dan
peningkatan nisbah pajak (tax ratio) yang berkelanjutan. Keterbatasan sumber
penerimaan pemerintah pada gilirannya akan membuat fondasi makroekonomi lebih
rapuh dan fungsi pemerintah tidak optimal.
Salah satu faktor yang
membuat industri manufaktur kita tak mengalami hantaman berat adalah karena
relatif kecilnya peranan industri yang berorientasi ekspor dan ketergantungan
pada bahan baku impor rendah. Sumbangan kelompok ini hanya 16 persen dari nilai
tambah total industri manufaktur.
Sebaliknya, sumbangan
kelompok industri yang berorientasi pasar dalam negeri dan lebih banyak
menggunakan bahan baku lokal ternyata paling besar, yakni 37 persen. Sementara
itu, kelompok industri yang berorientasi pasar dalam negeri tetapi kandungan
impor bahan baku juga tinggi merupakan penyumbang terbesar kedua, yaitu 32
persen.
Satu kelompok industri
lagi yang berorientasi ekspor dan sarat kandungan lokal, walau sumbangannya
terhadap nilai tambah total paling rendah, yaitu 14 persen, memiliki peranan
paling besar dalam hal penyerapan tenaga kerja. Sepertiga pekerja di sektor industri
manufaktur diserap oleh kelompok ini. Sekitar seperempat pekerja diserap oleh
kelompok yang berorientasi ekspor dan yang kandungan impor bahan bakunya
tinggi.
D. Kesimpulan
Dengan demikian, kita bisa
menyimpulkan bahwa kelompok industri yang berorientasi pasar dalam negeri
sangat dominan dalam hal sumbangsihnya terhadap pembentukan nilai tambah.
Sedangkan kelompok industri berorientasi ekspor sangat besar sumbangannya dalam
penyerapan tenaga kerja.
Bertolak dari kenyataan
ini, tantangan terbesar yang kita hadapi untuk memperkuat industri manufaktur
adalah dengan mengintegrasikan pasar domestik serta meningkatkan nilai tambah
industri yang berbasis bahan baku lokal. Upaya ini sekaligus bisa lebih banyak
menyerap tenaga kerja.
Penguatan integrasi
perekonomian nasional memungkinkan segala sumber daya yang kita miliki bisa
bersinergi. Selanjutnya, kita bisa mewujudkan pembangunan yang lebih merata
lewat pembangunan daerah, bukan sekadar pembangunan di daerah. Untuk itu,
pembangunan infrastruktur menjadi salah satu kunci utama. Selain, tentu saja,
penguatan riset dan pengembangan (R&D) agar peningkatan daya saing nasional
bisa berkelanjutan.
E.
Daftar Pustaka
Langganan:
Postingan (Atom)